Bertemu kita
di pagi itu,pagi yang cerah pastinya,saling mengenal kita bertahun lalu.
Hanya
sepermainan yang dipertemukan atas dasar pertalian kekerabatan, di tengah dunia
pergaulan kita yang itu-itu saja. Pun demikian, lingkaran itu tetap menahanmu
di lini dua, belum menembusnya ke lini utama.
Jika
keluarga dibangun dengan ikrar pertautan, sedang para pecinta berikrar
kesetiaan, maka kita hanyalah dua orang yang saling mengenal tanpa janji,
saling bersapa tanpa puji. Hanya dua manusia yang terpaksa saling mengenal, di
tengah dunia pergaulan kita yang itu-itu saja.
Bertanya aku
kemudian, apakah persahabatan membutuhkan sebaris janji? Apakah selayaknya
sejoli yang timbal balik saling menyimpan sekalimat arti?
Karena pagi
ini, kamu yang tidak aku sebut sahabat, telah menjadi saksi atas ceritaku yang
terucap melalui bulir-bulir bening di pipi. Demikian pun dengan retinaku yang
menangkap pilu yang berkaca di matamu, serta aliran jernih yang terusap pelan
telunjukmu. Pagi ini, kamu yang tidak aku sebut sahabat, kita berbagi air
mata dan sebongkah beban di dada.
Jika
percayaku mahal harganya, maka pagi tadi dengan sukarela ku obral murah kepada
kamu yang tidak aku sebut sahabat. Tanpa label, tanpa ikrar sebagai alat bayar.
Banyak
cerita yang aku bagi dengan mu pagi tadi, banyak cerita juga yang aku dengar
darimu, kita saling berbagi cerita,saling memberi pelajaran hidup yang begitu
berarti(mungkin hanya untuk ku). Ucapan mu yang sampai saat ini masih mengudara
ditelinga ku perihal “Kehidupan” yang kita jalani itu berbeda, “ pahit manis
nya hidup yang dirasakan oleh setiap orang itu berbeda” itu kata mu tadi.tiap
orang punya cara sendiri untuk mereka menciptakan bahagianya. Begitupun kamu
yang meyakini bahwa dengan cara “Mendengar
Cerita orang lain dan menjadikan itu sebagai Pelajaran Hidup Tanpa mereka Harus
Tau Cerita Kita” adalah cara untuk kamu merasakan bahagia walau sebenarnya
hati mu lelah. Aku memahami itu dan aku akan memulai hal yang sama untuk
menemukan “KEBAHAGIAN”ku. Dengan cara yang kamu ucapkan “Menutup Hati dan mulai
Terbuka dengan Orang Lain”. Aku akan belajar membuka diri seperti dulu ,
membuat banyak relasi dengan orang lain karna aku sadar aku terlalu menutup
diri dengan lingkungan luar hanya karna aku tidak percaya dengan orang yang
baru aku kenal, tidak percaya dengan yang namanya teman. Karena aku mungkin
lelah . lelah karena terlalu banyak orang yang hanya sekedar DATANG dan lalu
PERGI dari hidupku, dan sebagian mereka yang hanya mendekati ku ketika mereka
membutuhkan ku.sehingga aku malas untuk membuka diri dengan mereka
Pagi ini aku
mendapatkan pelajaran hidup kembali. Sesuatu yang terlambat aku sadari,sesuatu
yang harusnya aku pahami dari dulu sesuatu itu adalah Ketika kita didekati oleh
sebagian orang hanya untuk sekedar memanfaatkan kita , kita jangan membalasnya
tapi biarkan mereka seperti itu, nanti juga mereka akan paham dengan sendirinya
dan kita ? kita akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari nikmatnya
“BERBAGI”. Hal lainnya yaitu biarkan orang orang yang Datang lalu Pergi
dikehidupan kita dengan meninggalkan Luka. Tapi jika suatu saat salah satu dari
mereka kembali ? bisa jadi itulah orang yang menyayangi kita dengan tulus. Dan
intinya yang aku harus lakukan adalah menepati janjiku kepada mu untuk “Menutup Hati dan mulai Terbuka dengan Orang
Lain”.
Aku percaya
Sang Maha senantiasa menitipkan malaikatnya, terselip di jiwa-jiwa yang tidak
pernah aku sadari hadirnya. Pagi ini sekali lagi malaikat menerobos satu
dinding jiwa, mendekapku tanpa aba-aba. Sekali lagi aku diingatkan bahwa aku
tidak pernah sendirian..
Untuk kamu
yang tidak aku sebut sahabat, rasanya hadirmu pagi ini tidak layak untuk
sekedar dibandingkan dengan sebaris label persahabatan yang dapat kusematkan.
Semoga dapat
saling membantu kita di dunia dan kelak setelahnya.TERIMAKASIH !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar